Senin, 13 Juni 2016

makalah green house dan shading house



KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
PRODI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA

MAKALAH
Tentang
RUMAH NAUNGAN (Green House dan Shading House)




Oleh kelompok 1
Siska Wati Ningsih           
Devita April A                  
Risqi Sofi Hidayati           
Azizatul Muaffah              
Senco Audita                     
Pebri Agus Sholihin         



PRODUKSI PERTANIAN –PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Tahun 2016


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) naungan adalah lindungan atau tempat berlindung, dalam artian kata tersebut naungan pada konteks pertanian dapat diartikan sebagain tempat berlindung atau suatu yang dapat melindungi tanaman dari sinarmatahari yang berlebihan.
Masalah yang dihadapi oleh sebuah daun yang ternaungi adalah untuk mempertahankan suatu keseimbangan karbon yang positif, dan kerapatan pengaliran di mana keadan ini tercapai, merupakan titik kompensasi. Dibawah intensitas cahaya yang rendah terdapat tiga pilihan, yaitu : Pengurangan kecepatan respirasi, peningkatan luas daun untuk memperoleh permukaan absorbsi cahaya yang lebih besar; dan peningkatan kecepatan fotosintesis setiap unit energi cahaya dan luas daun. Rumah naungan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu rumah naungan green house dan shading house.
Green house atau yang dikenal dengan rumah kaca saat ini bukanlah barang baru bagi pelaku agribisnis, terutama agribisnis hortikultura seperti sayuran dan tanaman hias. Sedangkan shading house adalah bangunan berpeneduh, memiliki atap berupa jala / net yang dapat dilewati cahaya dengan intensitas tertentu. Intensitas cahaya yang dilewatkan bervariasi tergantung kebutuhan tanaman, bisa 30%, 50%, 60%, 70%, 80%

1.2 Tujuan
a. Mengetahui perbedaan antara green house dan shading house
b. Mengetahui fungsi dan manfaat dari masing rumah naungan
c. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari masing-masing rumah naungan





BAB 2. ISI

2.1 Green House
Rumah kaca atau green house pada prinsipnya adalah sebuah bangunan yang terdiri atau terbuat dari bahan kaca atau plastik yang sangat tebal dan menutup diseluruh pemukaan bangunan, baik atap maupun dindingnya. Didalamnya dilengkapi juga dengan peralatan pengatur temperature dan kelembaban udara serta distribusi air maupun pupuk. Bangunan ini tergolong bangunan yang sangat langka dan mahal, karena tidak semua tempat yang kita jumpai dapat ditemukan bangunan semacam ini.
Secara umum green house dapat didefinisikan sebagai bangun kontruksi dengan atap tembus cahaya yang berfungsi memanipulasi kondisi lingkungan agar tanaman di dalamnya dapat berkembang optimal. 
Manipulasi lingkungan ini dilakukan dalam dua hal, yaitu menghindari kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki dan memunculkan kondisi lingkungan yang dikehendaki. 
Kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki antara lain :
  1. Ekses radiasi sinar matahari seperti sinar ultra violet dan sinar infra merah.
  2. Suhu udara dan kelembaban yang tidak sesuai.
  3. Kekurangan dan kelebihan curah hujan. 
  4. Gangguan hama dan penyakit.
  5. Tiupan angin yang terlalu kuat sehingga dapat merobohkan tanaman.
  6. Tiupan angin dan serangga yang menyebabkan kontaminasi penyerbukan.
  7. Ekses polutan akibat polusi udara.
Sementara kondisi lingkungan yang dikehendaki antara lain :
a)      Kondisi cuaca yang mendukung rentang waktu tanam lebih panjang.
b)      Mikroklimat seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya sesuai dengan   kebutuhan pertumbuhan tanaman.
c)      Suplai air dan pupuk dapat dilakukan secara berkala dan terukur.
d)     Sanitasi lingkungan sehingga tidak kondusif bagi hama dan penyakit. 
e)      Kondisi nyaman bagi terlaksananya aktivitas produksi dan pengawasan mutu.
f)       Bersih dari ekses lingkungan seperti polutan dan minimnya residu pestisida
g)      Hilangnya gangguan fisik baik oleh angin maupun hewan.
2.1.1 Jenis Green House
Yang dimaksud dengan jenis green house adalah pembedaan ragam green house berdasarkan material dominan yang digunakan. Pembedaan ini akan membawa kita pada perbedaan biaya pembangunan dan umur pakai green house. Semakin kuat dan awet material yang digunakan, akan semakin besar biayanya tetapi umur green house akan lebih lama.
Untuk negara kita, green house yang biasa digunakan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu green house bambu, green house kayu dan green house besi.
a.       Green house bambu.
Green house jenis ini umumnya dipakai sebagai green house produksi. Green house ini secara umum adalah jenis green house yang paling murah biaya pembuatannya dan banyak dipakai oleh kalangan petani kita sebagai sarana produksi. Namun kelemahan dari green house ini adalah umurnya yang relatif pendek dan bahan materialnya dapat menjadi media timbulnya hama. Karena kekuatan struktur dan juga masalah biaya, maka green house bambu atapnya terbatas menggunakan plastik UV.
b.      Green house kayu
Lebih baik dari green house bambu adalah gren house dengan material kayu, terutama jenis kayu yang tahan air, seperti ulin dan bengkirai. Dibanding green house bambu umur pakai green house kayu biasanya lebih panjang dan kondisi sanitasi lingkungan lebih baik. Beberapa jenis green house kayu, bagian dinding bawah dibuat dari pasangan bata yang diplester. Jenis green house ini bahan atapnya sudah lebih bervariasi bisa plastik, polykarbonat, PVC ataupun kaca.


c.       Green house besi.
Dari segi umur pakai dan kwalitas, maka yang terbaik adalah green house yang menggunakan struktur besi, terlebih besi yang telah di treatment “hot dipped galvanis”. Struktur yang baik akan mengurangi frekuensi perawatan; sehingga tidak terjadi stagnan kegiatan, walaupun pada keadaan tertentu perlu dilakukan sanitasi, tetapi sanitasi yang terjadwal.
2.1.2 Manfaat Green House
Manfaat green house dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Pengaturan jadwal produksi.
Dunia pertanian kita masih demikian tergantungnya pada keadaan cuaca, bila terjadi perubahan musim, apalagi bila tidak terprediksi akan menyebabkan sulitnya menentukan jenis tanaman yang akan diproduksi. Jika musim hujan terlalu panjang akan menyebabkan banyaknya penyakit termasuk pembusukan akar. Jika musim terlalu kering akan menyebabkan tanaman kekurangan air, hama juga akan menyerang yang dapat menimbulkan kerugian.
Demikian pula pada saat tertentu suatu komoditas sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba.
2.      Meningkatkan hasil produksi
Pada luasan areal yang sama tingkat produksi budidaya di dalam green house lebih tinggi dibandingkan di luar green house. Karena budidaya di dalam green house kondisi lingkungan dan pemberian hara dikendalikan sesuai kebutuhan tanaman. Gejala hilangnya hara yang biasa terjadi pada areal terbuka seperti pencucian dan fiksasi, di dalam green house diminimalisir. Budidaya tanaman seperti ini dikenal sebagai hidroponik.
Kondisi areal yang beratap dan lebih tertata menyebabkan pengawasan dapat lebih intensif dilakukan. Bila terjadi gangguan terhadap tanaman baik karena hama, penyakit ataupun gangguan fisiologis, dapat dengan segera diketahui untuk diatasi.
3.      Meningkatkan kualitas produksi
Ekses radiasi matahari seperti sinar UV, kelebihan temperatur, air hujan, debu, polutan dan residu pestisida akan mempengaruhi penampilan visual, ukuran dan kebersihan hasil produksi.
Dengan kondisi lingkungan yang terlindungi dan pemberian nutrisi akurat dan tepat waktu, maka hasil produksi tanaman akan berkwalitas. Pemasakan berlangsung lebih serentak, sehingga pada saat panen diperoleh hasil yang lebih seragam, baik ukuran maupun bentuk visual produk.
4.      Meminimalisasi pestisida
Green house yang baik selain dirancang untuk memberikan kondisi mikroklimat ideal bagi tanaman, juga memberikan perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit. Perlindungan yang umum dilakukan adalah dengan memasang insect screen pada dinding dan bukaan ventilasi di bagian atap. Insect screen yang baik tidak dapat dilewati oleh hama seperti kutu daun.
Pada beberapa green house bagian pintu masuknya tidak berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Ada ruang kecil, semacam teras transisi yang dibuat untuk menahan hama atau patogen yang terbawa oleh manusia. Pada lantai ruang ini juga terdapat bak berisi cairan pencuci hama dan patogen.
5.      Aset dan performance
Saat ini sangat biasa orang membangun green house dengan sistem knock down. Dengan cara ini gren house bukanlah aset mati, manakala karena suatu hal ada perubahan kebijakan, maka struktur green house tersebut dapat dipindahkan atau mungkin dijual ke pihak lain yang memerlukan dengan harga yang proporsional.
Dengan adanya green house maka kesan usaha akan terlihat lebih modern dan padat teknologi. Hal ini tentunya akan meningkatkan performance petani atau perusahaan yang menggunakannya.
6.      Sarana agrowisata
Green house banyak juga digunakan sebagai ruang koleksi berbagai jenis tanaman bernilai tinggi. Di dalam green house pengunjung dapat melihat berbagai jenis tanaman yang menarik, bahkan langka, sehingga dapat menjadi daya tarik. Ada yang khusus mengkoleksi kaktus, anggrek atau berbagai jenis tanaman dengan suasana dibuat seperti di alam bebas. Di Indonesia green house seperti ini banyak ditemukan di berbagai kebun raya dan tempat agrowisata.
2.1.3        Tipe Green House
Pada dasarnya green house dapat dibagi ke dalam 3 type, yaitu:
1.      Type Tunnel
Tipe ini dari depan tampak seperti lorong setengah lingkaran. Kelebihannya adalah memiliki struktur sangat kuat. Atapnya yang berbentuk melengkung kebawah merupakan bentuk yang sangat ideal dalam menghadapi terpaan angin. Sementara struktur busur dengan kedua kaki terpendam ketanah memegang bangunan lebih kuat.
Kelemahan dari tipe ini adalah minimnya system ventilasi. Jika digunakan pada daerah tropis dibutuhkan alat tambahan berupa exhaust fan atau cooling system untuk mengalirkan dan menurunkan suhu udara di dalam green house.
2.      Tipe Piggy back
Green house tipe ini banyak digunakan di daerah tropis, dapat dikatakan tipe ini adalah tropical green house. Keunggulan tipe ini pada ventilasi udara yang sangat baik. Banyak memiliki struktur bukaan , sehingga memberikan lingkungan mikroklimat yang kondusif bagi pertrumbuhan tanaman.
Selain memiliki keunggulan, banyaknya struktur bukaan j merupakan kelemahan dari tipe ini. Pada daerah dengan tiupan angin yang kuat green house tipe piggy back kurang disarankan. Karena dengan banyaknya struktur terbuka menyebabkan struktur rentan terhadap terpaan angin. Selain itu dari segi biaya dengan penggunaan material atap sama, greeen house type ini relatif lebih mahal dibanding type lain karena penggunaan material struktur lebih banyak
3.      Tipe Campuran ( Single span dan Multispan )
Desain tipe ini boleh dikatakan adalah campuran antara tipe tunnel dengan tipe piggy back. Dari desainnya terlihat tampak, bahwa tipe ini seakan – akan paduan (hybrid) antara tipe tunnel dengan tipe piggy back. Karena itu, maka tipe green house ini memeliki kelebihan dari tipe tunnel dan tipe piggy back, yaitu strukturnya kuat tetapi tetap memiliki ventilasi yang maksimal..
Kelebihan lain dari tipe ini adalah beberapa unit green house (Single Span) dapat disatukan menjadi satu blok green house besar (Multispan) dimana hal ini sulit dilakukan pada green house tipe tunnel.
Dibandingkan tipe piggy back, selain struktur lebih kuat biaya pembuatan tipe campuran ini lebih hemat. Sehingga pada bidang kegiatan yang membutuhkan green house luas, maka type multispan adalah type yang paling sesuai.

2.2      Shading House
Shading house adalah bangunan berpeneduh, memiliki atap berupa jala/net yang dapat dilewati cahaya dengan intensitas tertentu.Intensitas cahaya yang dilewatkan bervariasi tergantung kebutuhan tanaman, bisa 30%, 50%, 60%, 70%, 80%.
2.2.1        Fungsi shading house
1.    Untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang masuk ke dalam bedeng
2.    Untuk melindungi bibit tanaman/tanaman terhadap sinar matahari secara penuh yang dapat membakar atau menurunkan vigouritas bibit tanaman/tanaman
3.    Digunakan pada aklimatisasi tanaman





BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.    Rumah naungan dibedakan menjadi dua yaitu green house dan shading house. Masing-masing memiliki perbedaan yaitu dari segi infrastruktur bangunan dan fungsi khususnya.
2.    Fungsi green house adalah untuk memanipulasi iklim di daerah-daerah yang memiliki empat musim, melindungi tanaman dari pengaruh luar sperti hama, tiupan angina yang kencang, curah hujan yang tinggi dll. Sedangkan shading house adlah untuk mengurangi terpaan sinar matahri secara langsung, melindungi dari serangan hama dan penyakit, curah hujan yang tinggi dll.
3.    Beberapa kelemahan dari green house yaitu merusak lapisan ozon karena efek rumah kaca, biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan dan perawatan relative tiinggi, sedangkan kelebihannya adalah penggunaannya dalam waktu yang panjang karena di bangun dari bahan yang tidak mudah rusak, dapat meningkatkan hasil produksi yang berkualitas baik, mengurangi penggunaan pestisida,
4.    Beberapa kelemahan dari shading house yaitu mudah rusak karena tersusun atas bahan bangunan sederhana seperti kayu atau bambu dan plastic. Kelebihannya, biaya pembangunan murah.