KEMENTERIAN RISET DAN
TEKNOLOGI
PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
PRODI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA
MAKALAH
Tentang
RUMAH NAUNGAN (Green House dan Shading House)
|
Oleh kelompok 1
Siska Wati Ningsih
Devita April A
Risqi Sofi Hidayati
Azizatul Muaffah
Senco Audita
Pebri Agus Sholihin
PRODUKSI PERTANIAN
–PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA
POLITEKNIK NEGERI
JEMBER
Tahun 2016
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) naungan adalah lindungan atau tempat berlindung, dalam artian kata
tersebut naungan pada konteks pertanian dapat diartikan sebagain tempat
berlindung atau suatu yang dapat melindungi tanaman dari sinarmatahari yang
berlebihan.
Masalah yang dihadapi oleh sebuah
daun yang ternaungi adalah untuk mempertahankan suatu keseimbangan karbon yang
positif, dan kerapatan pengaliran di mana keadan ini tercapai, merupakan titik
kompensasi. Dibawah intensitas cahaya yang rendah terdapat tiga pilihan, yaitu
: Pengurangan kecepatan respirasi, peningkatan luas daun untuk memperoleh
permukaan absorbsi cahaya yang lebih besar; dan peningkatan kecepatan
fotosintesis setiap unit energi cahaya dan luas daun. Rumah naungan dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu rumah naungan green house dan shading house.
Green house atau yang
dikenal dengan rumah kaca saat ini bukanlah barang baru bagi pelaku agribisnis,
terutama agribisnis hortikultura seperti sayuran dan tanaman hias. Sedangkan shading
house adalah bangunan berpeneduh, memiliki atap berupa jala / net yang dapat
dilewati cahaya dengan intensitas tertentu. Intensitas cahaya yang dilewatkan
bervariasi tergantung kebutuhan tanaman, bisa 30%, 50%, 60%, 70%, 80%
1.2 Tujuan
a. Mengetahui perbedaan antara
green house dan shading house
b. Mengetahui fungsi dan
manfaat dari masing rumah naungan
c. Mengetahui kelemahan dan
kelebihan dari masing-masing rumah naungan
BAB 2. ISI
2.1 Green House
Rumah kaca atau green house pada prinsipnya adalah sebuah bangunan
yang terdiri atau terbuat dari bahan kaca atau plastik yang sangat tebal dan
menutup diseluruh pemukaan bangunan, baik atap maupun dindingnya. Didalamnya
dilengkapi juga dengan peralatan pengatur temperature dan kelembaban udara
serta distribusi air maupun pupuk. Bangunan ini tergolong bangunan yang sangat
langka dan mahal, karena tidak semua tempat yang kita jumpai dapat ditemukan
bangunan semacam ini.
Secara umum green house dapat didefinisikan sebagai bangun
kontruksi dengan atap tembus cahaya yang berfungsi memanipulasi kondisi
lingkungan agar tanaman di dalamnya dapat berkembang optimal.
Manipulasi lingkungan
ini dilakukan dalam dua hal, yaitu menghindari kondisi lingkungan yang tidak
dikehendaki dan memunculkan kondisi lingkungan yang dikehendaki.
Kondisi lingkungan
yang tidak dikehendaki antara lain :
- Ekses radiasi sinar matahari seperti sinar ultra violet dan sinar infra merah.
- Suhu udara dan kelembaban yang tidak sesuai.
- Kekurangan dan kelebihan curah hujan.
- Gangguan hama dan penyakit.
- Tiupan angin yang terlalu kuat sehingga dapat merobohkan tanaman.
- Tiupan angin dan serangga yang menyebabkan kontaminasi penyerbukan.
- Ekses polutan akibat polusi udara.
Sementara kondisi lingkungan yang dikehendaki antara
lain :
a)
Kondisi cuaca yang mendukung rentang
waktu tanam lebih panjang.
b)
Mikroklimat seperti suhu, kelembaban dan
intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman.
c)
Suplai air dan pupuk dapat dilakukan
secara berkala dan terukur.
d)
Sanitasi lingkungan sehingga tidak kondusif
bagi hama dan penyakit.
e)
Kondisi nyaman bagi terlaksananya
aktivitas produksi dan pengawasan mutu.
f)
Bersih dari ekses lingkungan seperti
polutan dan minimnya residu pestisida
g)
Hilangnya gangguan fisik baik oleh angin
maupun hewan.
2.1.1 Jenis Green House
Yang dimaksud dengan
jenis green house adalah pembedaan ragam green house berdasarkan material
dominan yang digunakan. Pembedaan ini akan membawa kita pada perbedaan biaya
pembangunan dan umur pakai green house. Semakin kuat dan awet material yang digunakan,
akan semakin besar biayanya tetapi umur green house akan lebih lama.
Untuk negara kita,
green house yang biasa digunakan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu green
house bambu, green house kayu dan green house besi.
a. Green house
bambu.
Green house
jenis ini umumnya dipakai sebagai green house produksi. Green house ini secara
umum adalah jenis green house yang paling murah biaya pembuatannya dan banyak
dipakai oleh kalangan petani kita sebagai sarana produksi. Namun kelemahan dari
green house ini adalah umurnya yang relatif pendek dan bahan materialnya dapat
menjadi media timbulnya hama. Karena kekuatan struktur dan juga masalah biaya,
maka green house bambu atapnya terbatas menggunakan plastik UV.
b. Green house
kayu
Lebih baik
dari green house bambu adalah gren house dengan material kayu, terutama jenis
kayu yang tahan air, seperti ulin dan bengkirai. Dibanding green house bambu
umur pakai green house kayu biasanya lebih panjang dan kondisi sanitasi
lingkungan lebih baik. Beberapa jenis green house kayu, bagian dinding bawah
dibuat dari pasangan bata yang diplester. Jenis green house ini bahan atapnya
sudah lebih bervariasi bisa plastik, polykarbonat, PVC ataupun kaca.
c. Green house
besi.
Dari segi umur pakai dan kwalitas,
maka yang terbaik adalah green house yang menggunakan struktur besi, terlebih
besi yang telah di treatment “hot dipped galvanis”. Struktur yang baik akan
mengurangi frekuensi perawatan; sehingga tidak terjadi stagnan kegiatan,
walaupun pada keadaan tertentu perlu dilakukan sanitasi, tetapi sanitasi yang
terjadwal.
2.1.2
Manfaat Green House
Manfaat green house dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Pengaturan jadwal produksi.
Dunia
pertanian kita masih demikian tergantungnya pada keadaan cuaca, bila terjadi
perubahan musim, apalagi bila tidak terprediksi akan menyebabkan sulitnya
menentukan jenis tanaman yang akan diproduksi. Jika musim hujan terlalu panjang
akan menyebabkan banyaknya penyakit termasuk pembusukan akar. Jika musim
terlalu kering akan menyebabkan tanaman kekurangan air, hama juga akan
menyerang yang dapat menimbulkan kerugian.
Demikian pula pada saat tertentu suatu komoditas sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba.
Demikian pula pada saat tertentu suatu komoditas sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba.
2.
Meningkatkan hasil produksi
Pada
luasan areal yang sama tingkat produksi budidaya di dalam green house lebih
tinggi dibandingkan di luar green house. Karena budidaya di dalam green house
kondisi lingkungan dan pemberian hara dikendalikan sesuai kebutuhan tanaman.
Gejala hilangnya hara yang biasa terjadi pada areal terbuka seperti pencucian
dan fiksasi, di dalam green house diminimalisir. Budidaya tanaman seperti ini
dikenal sebagai hidroponik.
Kondisi
areal yang beratap dan lebih tertata menyebabkan pengawasan dapat lebih
intensif dilakukan. Bila terjadi gangguan terhadap tanaman baik karena hama,
penyakit ataupun gangguan fisiologis, dapat dengan segera diketahui untuk
diatasi.
3.
Meningkatkan kualitas produksi
Ekses
radiasi matahari seperti sinar UV, kelebihan temperatur, air hujan, debu,
polutan dan residu pestisida akan mempengaruhi penampilan visual, ukuran dan
kebersihan hasil produksi.
Dengan
kondisi lingkungan yang terlindungi dan pemberian nutrisi akurat dan tepat
waktu, maka hasil produksi tanaman akan berkwalitas. Pemasakan berlangsung
lebih serentak, sehingga pada saat panen diperoleh hasil yang lebih seragam,
baik ukuran maupun bentuk visual produk.
4.
Meminimalisasi pestisida
Green
house yang baik selain dirancang untuk memberikan kondisi mikroklimat ideal
bagi tanaman, juga memberikan perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit.
Perlindungan yang umum dilakukan adalah dengan memasang insect screen pada
dinding dan bukaan ventilasi di bagian atap. Insect screen yang baik tidak
dapat dilewati oleh hama seperti kutu daun.
Pada beberapa green house bagian pintu masuknya tidak berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Ada ruang kecil, semacam teras transisi yang dibuat untuk menahan hama atau patogen yang terbawa oleh manusia. Pada lantai ruang ini juga terdapat bak berisi cairan pencuci hama dan patogen.
Pada beberapa green house bagian pintu masuknya tidak berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Ada ruang kecil, semacam teras transisi yang dibuat untuk menahan hama atau patogen yang terbawa oleh manusia. Pada lantai ruang ini juga terdapat bak berisi cairan pencuci hama dan patogen.
5.
Aset dan performance
Saat
ini sangat biasa orang membangun green house dengan sistem knock down. Dengan
cara ini gren house bukanlah aset mati, manakala karena suatu hal ada perubahan
kebijakan, maka struktur green house tersebut dapat dipindahkan atau mungkin
dijual ke pihak lain yang memerlukan dengan harga yang proporsional.
Dengan
adanya green house maka kesan usaha akan terlihat lebih modern dan padat
teknologi. Hal ini tentunya akan meningkatkan performance petani atau
perusahaan yang menggunakannya.
6.
Sarana agrowisata
Green
house banyak juga digunakan sebagai ruang koleksi berbagai jenis tanaman
bernilai tinggi. Di dalam green house pengunjung dapat melihat berbagai jenis
tanaman yang menarik, bahkan langka, sehingga dapat menjadi daya tarik. Ada
yang khusus mengkoleksi kaktus, anggrek atau berbagai jenis tanaman dengan
suasana dibuat seperti di alam bebas. Di Indonesia green house seperti ini
banyak ditemukan di berbagai kebun raya dan tempat agrowisata.
2.1.3
Tipe
Green House
Pada dasarnya green house dapat dibagi ke dalam 3
type, yaitu:
1.
Type Tunnel
Tipe ini dari depan tampak seperti
lorong setengah lingkaran. Kelebihannya adalah memiliki struktur sangat kuat.
Atapnya yang berbentuk melengkung kebawah merupakan bentuk yang sangat ideal
dalam menghadapi terpaan angin. Sementara struktur busur dengan kedua kaki
terpendam ketanah memegang bangunan lebih kuat.
Kelemahan dari tipe ini adalah
minimnya system ventilasi. Jika digunakan pada daerah tropis dibutuhkan alat
tambahan berupa exhaust fan atau cooling system untuk mengalirkan dan
menurunkan suhu udara di dalam green house.
2.
Tipe Piggy back
Green house tipe ini banyak
digunakan di daerah tropis, dapat dikatakan tipe ini adalah tropical green
house. Keunggulan tipe ini pada ventilasi udara yang sangat baik. Banyak
memiliki struktur bukaan , sehingga memberikan lingkungan mikroklimat yang kondusif
bagi pertrumbuhan tanaman.
Selain memiliki keunggulan,
banyaknya struktur bukaan j merupakan kelemahan dari tipe ini. Pada daerah
dengan tiupan angin yang kuat green house tipe piggy back kurang disarankan.
Karena dengan banyaknya struktur terbuka menyebabkan struktur rentan terhadap
terpaan angin. Selain itu dari segi biaya dengan penggunaan material atap sama,
greeen house type ini relatif lebih mahal dibanding type lain karena penggunaan
material struktur lebih banyak
3.
Tipe Campuran ( Single span dan Multispan )
Desain tipe ini boleh dikatakan
adalah campuran antara tipe tunnel dengan tipe piggy back. Dari desainnya
terlihat tampak, bahwa tipe ini seakan – akan paduan (hybrid) antara tipe
tunnel dengan tipe piggy back. Karena itu, maka tipe green house ini memeliki
kelebihan dari tipe tunnel dan tipe piggy back, yaitu strukturnya kuat tetapi
tetap memiliki ventilasi yang maksimal..
Kelebihan lain dari tipe ini adalah beberapa unit green house (Single Span) dapat disatukan menjadi satu blok green house besar (Multispan) dimana hal ini sulit dilakukan pada green house tipe tunnel.
Kelebihan lain dari tipe ini adalah beberapa unit green house (Single Span) dapat disatukan menjadi satu blok green house besar (Multispan) dimana hal ini sulit dilakukan pada green house tipe tunnel.
Dibandingkan tipe piggy back, selain
struktur lebih kuat biaya pembuatan tipe campuran ini lebih hemat. Sehingga
pada bidang kegiatan yang membutuhkan green house luas, maka type multispan
adalah type yang paling sesuai.
2.2
Shading
House
Shading house adalah bangunan berpeneduh, memiliki
atap berupa jala/net yang dapat dilewati cahaya dengan intensitas tertentu.Intensitas
cahaya yang dilewatkan bervariasi tergantung kebutuhan tanaman, bisa 30%, 50%,
60%, 70%, 80%.
2.2.1
Fungsi
shading house
1.
Untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang masuk
ke dalam bedeng
2.
Untuk melindungi bibit tanaman/tanaman terhadap sinar
matahari secara penuh yang dapat membakar atau menurunkan vigouritas bibit
tanaman/tanaman
3.
Digunakan pada aklimatisasi tanaman
3.1 Kesimpulan
1.
Rumah naungan dibedakan menjadi dua yaitu green house
dan shading house. Masing-masing memiliki perbedaan yaitu dari segi
infrastruktur bangunan dan fungsi khususnya.
2.
Fungsi green house adalah untuk memanipulasi iklim di
daerah-daerah yang memiliki empat musim, melindungi tanaman dari pengaruh luar
sperti hama, tiupan angina yang kencang, curah hujan yang tinggi dll. Sedangkan
shading house adlah untuk mengurangi terpaan sinar matahri secara langsung,
melindungi dari serangan hama dan penyakit, curah hujan yang tinggi dll.
3.
Beberapa kelemahan dari green house yaitu merusak
lapisan ozon karena efek rumah kaca, biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan
dan perawatan relative tiinggi, sedangkan kelebihannya adalah penggunaannya
dalam waktu yang panjang karena di bangun dari bahan yang tidak mudah rusak,
dapat meningkatkan hasil produksi yang berkualitas baik, mengurangi penggunaan
pestisida,
4.
Beberapa kelemahan dari shading house yaitu mudah
rusak karena tersusun atas bahan bangunan sederhana seperti kayu atau bambu dan
plastic. Kelebihannya, biaya pembangunan murah.